Sunday, 30 October 2016

11 Pemuda muslim Terbaik Sepanjang Sejarah


SEPANJANG sejarah, Islam memiliki pemuda-pemuda hebat pada zamannya masing-masing. Di usianya yang cenderung masih sangat muda, mereka mampu menorehkan karya-karya yang luar biasa. Berikut ini 11 pemuda Islam terbaik sepanjang sejarah.

1. Usamah bin Zaid (18 tahun). Memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu.

2. Sa’d bin Abi Waqqash (17 tahun). Yang pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah. Termasuk dari enam orang ahlus syuro.

3. Al Arqam bin Abil Arqam (16 tahun). Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul Shallallahu’alahi wasallam selama 13 tahun berturut-turut.

4. Zubair bin Awwam (15 tahun). Yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah. Diakui oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai hawari-nya.

5. Zaid bin Tsabit (13 tahun). Penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penterjemah Rasul Shallallu’alalihi wasallam. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an.


 6. Atab bin Usaid (18 tahun). Diangkat oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai gubernur Makkah pada umur 18 tahun.

7. Mu’adz bin Amr bin Jamuh (13 tahun) dan Mu’awwidz bin ‘Afra (14 tahun). Membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar.

8. Thalhah bin Ubaidullah (16 tahun). Orang Arab yang paling mulia. Berbaiat untuk mati demi Rasul Shallallahu’alaihi wasallam pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi.

9. Muhammad Al Fatih (22 tahun). Menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa.

10. Abdurrahman An Nashir (21 tahun). Pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.

11. Muhammad Al Qasim (17 tahun). Menaklukkan India sebagai seorang jenderal agung pada masanya

Sumber : Ajaibdananeh
Baca selengkapnya

Friday, 21 October 2016

Dokumentasi Kegiatan Rohis Day SMAN Banyumas th 2016/2017


Assalamu'alaikum wr wb

Pada postingan/artikel kali ini saya selaku admin akan posting Dokumentasi Kegiatan Rohis Day SMA N Banyumas, Rohis day ? emang ada. Mungkin kalian bertanya-tanya akah hal itu, ya seperti kebanyakan orang, mendengar kata rohis day pasti akan heran karena kata tersebut jarang atau tidak pernah terdengar sebelumnya. Tapi hal yang harus sobat ketahui Rohis day itu ada, yaitu tepat pada tanggal 23 September.

Maka untuk memperingati hari rohis day, organisasi rohis sman banyumas mengadakan kegiatan untuk menyambut hari tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah terangkum atau terdokumentasi dibawah berikut.

1. Pertama adalah : Pembukaan acara dan pengajian yang diisi oleh Bpk Selamet Riyadi (Pak Sela)
Agar upacara lancar kita tak lupa berdo'a saat pembukaan.





2. Kedua adalah : Bersih-bersih masjid
Biar masjid semakin nyaman, salah satunya dibersihin dong.





3. Ketiga adalah : Bersih-bersih sekre Rohis dan pengecatan kotak infaq
Cape bersih-bersih masjid, tak lupa bersih-bersih sekre dong, markas sendiri, masa nggak di bersihin



4. Keempat : Persiapan pembuatan es buah
Cape bersih-bersih masjid dan sekre saatnya buat makan, biar tenaga pulih kembali.




5. Kelima : Minum atau makan es buah
Setelah dibuat, jangan lupa disantap. Iya lah masa dipajang ? :D




6. Keenam : Foto-foto
Tak lupa, foto2 dong. Walau udah foto dokumentasi, tapi narsis dikit tak apa lah :D










7. Ketujuh : Penutupan
Tak lupa penutupan, sebagai rasa syukur karena telah dilancarkan acaranya




yang mau lihat video juga bisa klik dibawah :


Begitulah rangkaian kegiatan Rohis Day SMA N Banyumas.

Sekian Akhirul kalam Wassalamu'alaikum wr wb
Baca selengkapnya

Friday, 14 October 2016

Apel Itu Haram, Paman


CERITA ini terjadi saat saya datang ke Mesir. Tepatnya di sebuah masjid di Mesir. Saat itu saya tengah melaksanakan salah satu sunnah Rasulullah saw., shalat tahiyatul masjid, namun tiba-tiba kekhusu’-an saya mengabur, terganggu bau asap rokok yang sangat kuat menyengat rongga hidung saya.

Setelah salam, saya tengok kanan-kiri untuk mencari dimana gerangan sumber bau tersebut. Akhirnya mata saya tertuju pada seseorang yang dari bibirnya saja terlihat kalau dia itu seorang perokok berat, hitam dan bukan merah jambu.

Saya berazam pada diri sendiri, “Setelah selesai shalat, saya akan berbicara dengan orang itu!”

Belum juga sampai ke tempat duduk si perokok, mendadak ada anak kecil sekitar sembilan tahun masuk mesjid, duduk di samping perokok itu. Dan si anak mencium bau asap rokok juga, kemudian terdengar obrolan mereka yang cukup alot.

Anak : Assalamu’alaikum paman, paman orang mesir?

Perokok : Ya betul aku orang mesir.

Anak : Paman kenal Syaikh Abdul Hamid Kisyk?

Perokok : Ya kenal.

Anak : Paman juga kenal Syaikh Jaad al-Haq?

Perokok : Ya kenal juga.

Anak : Paman juga kenal Syaikh Muhammad al-Ghazali?

Perokok : Ya aku juga kenal.

Anak : Paman pernah dong mendengar pendapat dan fatwa-fatwa mereka?

Perokok : Ya pernah.

Anak : Mereka itu ulama dan syeikh yang berkata bahwa rokok itu haram, kenapa paman menghisapnya??

Perokok : Tidak, rokok tidak haram.

Anak : Haram paman, bukankah Allah mengharamkannya? “Allah mengharamkan yang buruk-buruk bagi kalian,” apakah saat paman merokok, paman membaca basmalah dan mengakhirinya dengan membaca hamdalah?

Perokok : Rokok sama sekali tidak haram, mana ada ayat al-Quran yang berbunyi 
وَيُحَرِّمُ عَلَيْكُمُ الدُخَانَ (Allah mengharamkan rokok bagimu).

Anak : Paman, rokok itu haram seperti haramnya apel!!!

Perokok : (sambil marah) Apel haram?! Bagaimana mungkin kamu bisa menghalalkan dan mengharamkan keduanya?

Anak : Coba paman tunjukkan ayat وَيُحِلُّ لَكُمُ التُّفَاحَ (Allah menghalalkan apel)

Perokok itu menyadari hal tersebut, ia merenung dan terdiam dengan ucapan anak tadi. Bahkan dari sudut matanya keluar cairan bening, ia menangis, Subhanalloh.

Sehabis sholat perokok itu mendekati anak kecil, da’i kecil yang menyadarkan dirinya. Ia berkata kepada anak tadi, “Nak, paman berjanji kepada Allah, paman tidak akan merokok lagi sampai akhir hidup paman.”


Sumber :www.islampos.com
Baca selengkapnya

Friday, 7 October 2016

Kabar dari Malaikat untuk Ahli Ibadah 70 Tahun

ABU Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali pernah bercerita dalam salah satu kitabnya, Ayyuhâl Walad, tentang seorang Bani Israil yang begitu taat beribadah kepada Allah. Hamba tersebut menunjukkan kesalehan tersebut hingga tujuh puluh tahun lamanya.

Suatu kali Allah mengutus Malaikat untuk memberi kabar kepadanya bahwa seluruh ibadah yang ia tunaikan itu tidak lantas membuatnya pantas masuk surga.

Saat pesan tersebut disampaikan, sang hamba ahli ibadah berujar, “Kami diciptakan Allah untuk beribadah maka sudah semestinya kami pun beribadah.” Jawaban si hamba di atas selaras dengan bunyi ayat yang tercantum dalam :
Surat ad-Dzariyat ayat 56: “Wa mâ khalaqtul jinna wal insa illâ liya‘budûn (Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku).”

Ahli ibadah itu tak menunjukkan tanda-tanda protes atas kabar dari malaikat, melainkan sekadar menjelaskan bahwa ibadah 70 tahun yang ia lakukan sejatinya hanyalah wujud dari pelaksanaan perintah Allah sendiri.

Malaikat pun kembali kepada Allah dan berkata, “Ya Ilâhi, Engkau lebih tahu apa yang ahli ibadah itu katakan.”

Allah menjawab, “Apabila dia tak berpaling dari ibadah kepadaku, maka dengan kemurahan-Ku Aku pun tak akan berpaling darinya. Saksikanlah wahai malaikat-malaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah mengampuninya.”





Ibadah sebesar apa pun memang tak akan bisa melunasi seluruh anugerah Allah kepada manusia, termasuk balasan surga. Ritual ibadah, betapapun intensifnya, masih terlalu murah untuk ditukar dengan semesta karunia yang tak terhitung: mulai dari kesehatan fisik, harta benda, keamanan, kemerdekaan, hingga kesempatan dan kemampuan beribadah itu sendiri. Hanya lantaran rahmat Allah-lah manusia layak meraih kemuliaan surgawi.

Namun demikian, hubungan tak sebanding antara ibadah manusia dan karunia Allah itu tak berarti mempersilakan setiap orang berbuat semaunya, lepas dari tanggung jawab ibadah. Sebab, “Siapa tak beramal, ia tidak memetik ganjaran,” kata Imam Al-Ghazali. Hal ini menunjukkan, rahmat Allah kepada hambanya menghendaki adanya ikhtiar manusia yang sedari awal dibekali hati dan nalar.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhah juga pernah bertutur, “Barang siapa mengira bahwa tanpa kerja keras ia berhasil maka sesungguhnya ia sedang melamun. Barang siapa menyangka bahwa dengan jerih payah ia berhasil maka sesungguhnya ia sedang berdoa menuju ‘kaya’.”


Sumber : NU Online
Baca selengkapnya